Selasa, 12 Mei 2020, Seminar Nasional yang dilaksanakan via platform zoom menghadirkan beberapa pembicara dari kalangan pemerintah daerah dan akademisi. Ketua KPID NTB Yusron Saudi, ST, M.Pd menjadi salah satu pembicara pada seminar tersebut, Yusron menyampaikan terkait dengan peran pers dan lembaga penyiaran dalam penyampaian informasi dan edukasi penanganan pandemi covid-19.
“Pers bagian penting dari media memiliki peran penting dalam bencana alam, karena sifatnya massal dan terbukti efektif, fase penting pers memuat pemberitaan demi mendorong pihak-pihak yang selama ini bergerak di bidang kemanusiaan untuk segera bertindak, bahkan dapat menstimulasi orang-orang yang memiliki empati untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan, “Ujarnya. Menurutnya masyarakat yang tidak mengalami bencana secara langsung juga dapat belajar terkait dengan bencana yang terjadi dan diberitakan media.
Para insan pers yang bertugas mencari informasi di lokasi pasien dan fasilitas kesehatan memiliki kerentanan terpapar.
Ia menyebut, KPID NTB merespon resiko yang dihadapi jurnalis televisi dan radio yang meliput informasi covid-19 dengan mengeluarkan surat imbauan yang ditujukan kepada pimpinan lembaga penyiaran agar mengutamakan faktor kesehatan dan keselamat jurnalis, mengurangi kontak langsung dengan narasumber, penggunaan media online sebagai media utama komunikasi dan penyebaran press release baik dalam bentuk teks dan video.
Adapun peran lembaga penyiaran dalam penanganan pandemi covid – 19 , kata Yusron, harus mengambil peran sebagai media informasi dan edukasi, radio dan televisi sebagai media mainstream dituntut memberikan informasi kredibel, update dan actual. Juga harus menerapkan kode etik jurnalistik dan mematuhi peraturan Komisi penyiaran Indonesia tentang Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).
‘Hasil pemantauan Isi siaran yang telah dilakukan oleh KPID NTB menunjukkan bahwa lembaga penyiaran telah membuat program siaran dan Iklan layanan masyarakat (ILM) terkait Covid 19 secara mandiri dan bahkan menggunakan bahasa lokal, “ ujarnya.
Ia menambahkan , bahkan dari catatan pemantau KPID NTB, beberapa radio dan televisi dapat membuat dua sampai lima jenis ILM. “Jadi Kami dari KPID NTB sedang membuat program lomba ILM atas wujud apresiasi kami ke Lembaga Penyiaran.
Lebih lanjut , Yusron menjelaskan bahwa Lembaga penyiaran juga harus menjalankan fungsi pendidikan, dalam hal ini, terangnya, Program belajar dari rumah yang dicanangkan oleh Kementrian pendidikan dan kebudayaan yang melibatkan TVRI patut diapresiasi.
“Hasil evaluasi yang dilakukan oleh KPI Pusat bersama seluruh KPI Daerah dalam rapat koordinasi melalui aplikasi zoom meeting, Selasa (5/5), diantaranya, belajar melalui televisi lebih disukai oleh wali murid karena dapat mendampingi secara langsung dan lebih hemat biaya, keterbatasan jangkauan jangkauan TVRI yang tidak bias menjangkau seluruh lapisan masyarakat, maka perlu melibatkan lembaga penyiaran lainnya agar lebih luas lagi masyarakat yang menerima siaran belajar dari rumah, dan terakhir mendorong Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk memanfaatkan lembaga penyiaran setempat dengan melibatkan langsung guru sekolah untuk mengisi materi belajar sesuai jenjang pendidikan.
Pernyataan terakhir Ketua KPID NTB pada seminar tersebut “Masyarakat jadi garda terdepan penanganan covid-19, apapun bentuk kebijakan yang dibuat pemerintah dan gencarnya radio dan televisi mensosialisasikan kebijakan semua akan menjadi percuma jika masyarakat tidak mengindahkan kebijakan tersebut.”
